Rabu, 24 Juni 2015

Resume PCD Pertemuan Ke 9

Klasifikasi Unsupervised dan Klasifikasi Supervised

Klasifikasi Citra 
Tujuan dari proses klasifikasi citra adalah untuk mendapatkan gambar atau peta tematik. Klasifikasi citra yang terbagi kedalam dua teknik yaitu teknik supervised classification dan teknik unsupervised classification. Klasifikasi supervised dan unsupervised biasanya digunakan untuk mengklasifikasi keseluruhan suatu dataset menjadi kelas-kelas. Kelas-kelas dapat mengidentifikasi area hutan, perkebunan, mineral, urban.


Teknik klasifikasi supervised dapat diartikan sebagai teknik klasifikasi yang diawasi. Menurut Projo Danoedoro (1996) klasifikasi supervised ini melibatkan interaksi analis secara intensif, dimana analis menuntun proses klasifikasi dengan identifikasi objek pada citra (training area). Sehingga pengambilan sampel perlu dilakukan dengan mempertimbangkan pola spektral pada setiap panjang gelombang tertentu, sehingga diperoleh daerah acuan yang baik untuk mewakili suatu objek tertentu.

Sedangkan Klasifikasi unsupervised yang berarti klasifikasi tak terawasi merupakan pengklasifikasian hasil akhirnya (pengelompokkan pixel-pixel dengan karakteristik umum) didasarkan pada analisis perangkat lunak (software analysis) suatu citra tanpa pengguna menyediakan contoh-contoh kelas-kelas terlebih dahulu.

Kegunaan Image Proccessing dalam Pengelolaan Bencana
Seperti yang kita ketahui, Indonesia merupakan daerah yang memiliki potensi bencana besar. Hal ini membuat kita harus senantiasa waspada terhadap berbagai macam bencana yang mungkin terjadi. Maka untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap bencana kita memerlukan suatu informasi yang jelas mengenai daerah daerah potensi bencana dan peta prediksi bencana dan lain lain. Salah satu metode yang cukup handal untuk melakukan analisis tersebut adalah dengan menggunakan Penginderaan Jauh. Melalui metode ini dengan image processing, ada banyak sekali  keuntungan yang diperoleh baik dalam analisis pra bencana atupun pasca bencana. Hasil Image processing  akan memberikan data yang lengkap, cepat dan jelas tergantung dari lingkup data seperti apa yang kita butuhkan. 
melalui image processing, dapat kita memprediksi daerah potensi lahar dingin misalnya pada sungai sungai di sekitar gunung merapi. Selain itu proses monitoring juga dapat dengan cepat dan tepat dilakukan tanpa harus turun langsung ke lapangan. Artinya, untuk saat ini, pengolahan citra digital memiliki peranan yang cukup signifikan  dalam usaha penangan bencana alam.

Resume PCD Pertemuan Ke 8

Model Dinamic - Cellular Automata 

Cellular Automata merupakan suatu bentuk pemodelan ruang yang dinamis, terkait faktor waktu, melibatkan banyak variabel yang tersusun komoleks dalam ruang, dan variabel kompleks tersebut di management dalam aturan-aturan yang sederhana. Pemodelan dua dimensi melibatkan sistem yang terdiri dari banyak sel, dalam analisis keruangan setiap sel mewakili sistem yang terdiri dari banyak sel, dalam analisis keruangan setiap sel mewakili tipe tutupan lahan atau penggunaan lahan.

Aplikasi Cellular automata adalah kombinasinya dengan GIS dapat dilakukan untuk menganalisa proyeksi perubahan penggunaan lahan, analisis urbanisasi di kawasan perkotaan, atau analisis jaringan seperti analisis transportasi dan perencanaan pedestrian.

Dalam metode “game of life” milik Conway, sebuah sel dapat digolongkan dalam tahap bertahan (survive), mati (die), atau bahkan memberikan peluang kehidupan (give birth) bagi generasi di masa mendatang dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Survival
Satu sel hidup dengan dua atau tiga sel neighborhood berarti dapat bertahan (survive) hingga masa mendatang.
2. Death
Sel hidup dengan kurang dari dua atau lebih dari tiga sel neighborhood disebut sel yang mati. Diasumsikan sebagai wilayah yang terisolasi atau wilayah yang terlalu padat penduduknya.
3. Birth
Sebuah sel mati dengan tiga sel neighborhood yang hidup, wilayah bisa tumbuh untuk masa yang akan datang.


Selasa, 23 Juni 2015

Resume PCD Pertemuan Ke 7

AGRICULTURE 

Curran (1985) penginderaan jauh yaitu penggunaan sensor radiasi elektromagnetik untuk merekam gambar lingkungan bumi yang dapat diinterpretasikan sehingga menghasilkan informasi yang berguna. Informasi penutupan lahan dapat dikenali secara langsung dari citra satelit, sementara informasi penggunaan lahan merupakan hasil kegiatan manusia dalam suatu lahan atau fungsi lahan, sehingga tidak selalu dapat ditafsirkan secara langsung dari citra penginderaan jauh, namun secara tidak langsung dapat dikenali dari penutupan lahannya.
Perbandingan Lahan Kering dan Basah di Citra SPOT4 di Indonesia terdapat di Kab.Jeneponto


Pada citra musim basah objek yang berwarna biru adalah sawah yang memiliki air, sedangkan pada citra musim kering objek sawah tidak memiliki air (warna objek kecoklatan), perubahan warna objek sawah disebabkan oleh pantulan gelombang air yang terekam oleh citra. Berikut ini rona dan warna air di citra.
    Untuk wilayah pertanian pendekatan dengan mata kuliah pengolahan citra digital ini dapat menentukan pertanian lahan basah dan lahan kering yang dilihat dari peta citra digital untuk penempatan lahan pertanian yang sesuai pada peta citra tapi tidak dapat dilihat secara kontak langsung terhadap daerah yang ada.

Resume PCD Pertemuan ke 6

Land Use and Land Cover 

APengertian Land Use dan Land Cover
Menurut Barret dan Curtis pada (Sanjaya, 2006), Land Cover (Tutupan Lahan) adalah kenampakan alamiah bumi seperti vegetasi, biota, tanah, topografi, gunung, hutan, air bawah tanah, struktur buatan manusia, dan sebagainya. Dengan kata lain Land Cover merupakan hamparan biofisik dari sebagian permukaan bumi termasuk di bawahnya. Sedangkan Land Use (Tata Guna Lahan) adalah kenampakan bumi hasil aktivitas manusia, seperti sawah, ladang, tempat rekreasi, bangunan dan sebagainya. Dari definisi tersebut dapat dipahami bahwa Land Use mengacu pada kenampakan bumi atau tutupan lahan bumi yang digunakan untuk aktivitas manusia, sedangkan Land Cover mengacu pada kenampakan alamiah bumi tanpa adanya aktivitas manusia (Muttaqin, 2008).

B. Klasifikasi Penggunaan Lahan 
Klasifikasi penggunaan lahan merupakan pedoman atau acuan dalam proses interpretasi apabila data pemetaan penggunaan lahan menggunakan citra penginderaan jauh. Tujuan klasifikasi supaya data yang dibuat informasi yang sederhana dan mudah dipahami. Sedangkan para ahli berpendapat Penggunaan lahan yaitu segala macam campur tangan manusia, baik secara menetap maupun berpindah-pindah terhadap suatu kelompok sumberdaya alam dan sumberdaya buatan, yang secara keseluruhan disebut lahan, dengan tujuan untuk mencukupi kebutuhan baik material maupun spiritual, ataupun kedua-duanya (Malingreau, 1978).

Sebuah penggunaan lahan dan tutupan lahan sistem klasifikasi yang efektif dapat menggunakan orbital dan tinggi-ketinggian. Data sensor jarak jauh harus memenuhi kriteria sebagai berikut (Anderson, 1971):
  1. Tingkat minimum ketelitian interpretasi dalam identifikasi penggunaan lahan dan tutupan lahan kategori dari data sensor remote harus setidaknya 85 persen.
  2. Ketepatan interpretasi untuk beberapa kategori harus sekitar sama.
  3. Hasil Repeatable atau berulang harus diperoleh dari satu juru lain dan dari satu waktu penginderaan yang lain.
  4. Sistem klasifikasi harus berlaku di daerah yang luas.
  5. Kategorisasi harus memungkinkan vegetasi dan jenis-jenis tutupan lahan yang akan   digunakan sebagai pengganti aktivitas.
  6. Sistem klasifikasi harus cocok untuk digunakan dengan data sensor remote yang diperoleh pada waktu yang berbeda tahun.
  7. Efektif menggunakan subkategori yang bisa diperoleh dari survei tanah atau dari penggunaan skala yang lebih besar atau data sensor remote ditingkatkan harus mungkin. 
  8. Agregasi kategori harus mungkin.
  9. Perbandingan dengan data penggunaan lahan di masa depan harus mungkin.
  10. Penggunaan beberapa tanah harus diakui bila memungkinkan.
C. Perubahan Land Use dan Land Cover
Pada konsep dasar, perubahan pada land use & cover, yaitu berubahnya luasan area (membesar/mengecil) pada suatu tutupan dan guna lahan. Penting diketahui, besarnya perubahan ini bergantung juga pada skala spasial yang digunakan. Perubahan pada Land Use & Cover, terdiri dari 2 bentuk:

1)    Land Cover Conversion
Land Cover Conversion yaitu perubahan dari satu jenis penutup lahan ke jenis lainnya. Contohnya forest > agriculture land, agriculture land > built-up land

2)    Land Cover Modification
Land Cover Modification yaitu perubahan pada struktur dan fungsi lahan tanpa merubah jenis tutupan lahan dari satu ke lainnya. Contohnya lahan agricultural (pertanian) ditanami palawija (perkebunan), ini merubah produktivitas dan kadar biomassa. 
Land Use Change dan Land Cover Change saling mempengaruhi satu sama lain, hal ini dapat dilihat pada penjelasan berikut.
Ø  LC Change > LU Change
Agriculture ke Built-up land (persekolahan), karena adanya demand akan kawasan sekolah, lahan tani berubah jenis sehingga berubah fungsi pakai.
Ø  LU Change > LC Change
Kawasan Pelabuhan yang pada awalnya digunakan sebagai tempat berlabuh kapal penumpang dan barang, seiring waktu berubah menjadi kawasan komersial bahkan kawasan tourist development, contohnya Selat Malaka.
Asal mula faktor pendorong perubahan guna dan tutupan lahan yaitu sebagai berikut.
1)    Faktor Biofisik
Faktor Biofisik yaitu karakter dan proses alami dari lingkungan, seperti cuaca variasi iklim, landform, topography, soil types, dan sebagainya.
2)    Faktor Sosio-Ekonomi
Meliputi demografi, sosial, ekonomi, faktor-faktor politik dan kelembagaan, dan proses seperti perubahan populasi, struktur industri dan perubahannya, teknologi, keluarga, pasar, aturan, nilai-nilai, organisasi masyarakat dan norma-norma.  
Faktor utama berkontribusi dalam proses perubahan yaitu sebagai berikut.
1)    Human Driving Forces
Human driving forces merupakan kekuatan utama yang merupakan dasar dari kekuatan sosial yang menghubungkan antara manusia dengan alam dan menyebabkan perubahan lingkungan secara global.
2)    Human Mitigation Forces
Human mitigation forces yaitu merupakan kekuatan yang menghambat, mengubah atau melawan human driving forces.
3)    Proximate Driving Forces
Proximate driving forces merupakan aktifitas akhir yang merupakan hasil gabungan antara interaksi faktor pendorong manusia dan faktor pencegahnya yang secara langsung menyebabkan transformasi lingkungan, baik melalui penggunaan sumber daya alam.

D. Interpretasi Citra Digital 
Citra digital merupakan data rekaman sensor representasi dua dimensi dari objek di dunia nyata terihat dari ruang angkasa atau foto udara. Sebagaimana telah dibahas sebelumnya, citra digital memiliki resolusi yang berbeda-beda. Citra di digital memiliki resolusi yaitu resolusi spasial, resolusi radiometrik, resolusi temporal dan resolusi spektral.
1.    Resolusi Spasial
Resolusi spasial adalah tingkat ukuran objek terkecil di permukaan bumi yang dapat dikenali, dibedakan yang dibatasi oleh ukuran pixel. Sebagai contoh, Landsat ETM memiliki resolusi 30 meter, dengan kata lain, satu pixel dalam citra Landsat ETM memiliki jarak terkecil 30 m.
2.    Resolusi Radiometrik
Resolusi radiometrik merupakan tingkat intensitas terkecil yang dapat dideteksi oleh sistem sensor satelit yang bersangkutan. Pada citra digital, resolusi ini dibatasi oleh tingkat kuantisasi diskrit yang digunakan untuk mendigitasi hasil intensitas yang sebenarnya bersifat kontinyu. Dengan kata lain, resolusi radiometrik pada citra digital diwakili oleh tipe yang digunakan untuk merepresentasikan nilai-nilai intensitas yang bersangkutan, seperti 8 bit – 16 bit dan sejenisnya.
3.    Resolusi Temporal 
Resolusi temporal merujuk pada sistem satelit saat melakukan pengampilan gambar citra digital pada bagian permukaan bumi yang sama secara berurutan. Sebagai contoh, resolusi temporal Landsat 5 adalah 16 hari, dengan kata lain satelit landsat dapt mengambil gambar yang sama setiap 16 hari.
4.    Resolusi Spektral
Resolusi spektral merupakan batas-batas spektral, domain atau lebar band (radiasi elektromagnetik) yang direkam oleh system sensor satelit yang bersangkutan. Dengan kata lain, resolusi ini merujuk pada kemampuan sensor dalam mendefinisikan interval panjang gelombang elektromagnetik secara halus.


Senin, 22 Juni 2015

Resume PCD Pertemuan Ke 5

Remote Sensing (Penginderaan Jauh/Inderaja) 


A.  Pengertian Penginderaan Jarak Jauh (Inderaja)
Penginderaan jauh atau disingkat Inderaja, berasal dari bahasa inggris yaitu Remote Sensing.  Pada awal perkembangannya, inderaja hanya merupakan teknik yang dikembangkan untuk memperoleh data dipermukaan bumi. Akan tetapi, seiring dengan perkembangan iptek, ternyata inderaja seringkali berfungsi sebagai ilmu. Berikut adalah pengertian penginderaan jauh menurut para ahli : 
1.      Menurut Lillesand dan Kiefer (1979),
Penginderaan Jaug adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang obyek, daerah, atau  gejela dengan jalan menganalisis data yang di peroleh dengan menggunakan alat tanpa kontak  langsung terhadap obyek, daerah atau gejala yang dikaji.
2.      Menurut Colwell (1984), 
Penginderaan Jauh yaitu suatu pengukuran atau perolehan data pada objek di permukaan  bumi dari satelit atau instrumen lain di atas atau jauh dari objek yang diindera.
3.      Menurut Curran, (1985), 
Penginderaan Jauh yaitu penggunaan sensor radiasi elektromagnetik untuk merekam gambar lingkungan bumi yang dapat diintreprestasikan sehingga menghasilkan informasi yang berguna.
4.      Menurut Lindgren (1985),
Penginderaan Jauh, yaitu teknik yang dikembangkan untuk perolehan dan analisis informasi tentang bumi.
5.      Menurut Sabins,
Penginderaan Jauh, yaitu suatu ilmu untuk emperoleh mengolah dan menginterpretasi citra yang telah direkam yang berasal dari interaksi antara gelombang elektromagnetik dengan sautu obyek.



Kesimpulkan beberapa pengertian di atas bahwa penginderaan jauh adalah ilmu atau seni cara merekam suatu obyek tanpa kontak fisik dengan menggunakan  alat pada pesawat terbang, balon udara, satelit dan lain-lain. Dalam hal ini yang direka adalah permukaan bumi untuk berbagai kepentingan manusia.Sedangkan arti dari citra adalah hasil gambar dari proses perekaman penginderaan jauh (Inderaja) yang umumnya berupa foto. Data alat yang digunakan bisa berupa misalnya dari pesawat, pesawat luar angkasa, satelit, kapan atau alat lain.


B.  Manfaat Remote Sensing 
Pemanfaatan citra satelit saat ini sudah sangat luas jangkauannya, terutama dalam hal yang berkaitan dengan ruang spasial permukaan bumi, mulai dari bidang sumber daya alam, lingkungan, kependudukan, transportasi sampai pada bidang  pertahanan (militer). Di indonesia penerapan teknologi penginderaan jauh ini telah dilakukan masih pada sebagian besar untuk keperluan inventarisasi potensi sumber daya alam dan lingkungan hidup, namun intensitasnya masih sangat sedikit dan belum merata di seluruh wilayah.
Teknologi penginderaan jauh yang dikembangkan oleh Digitalglobe sejak tahun 1993, telah menghasilkan generasi terbaru berupa cita satelit WorldView3 yang memiliki kualitas resolusi yang semakin canggih dan cakupan spektrum yang semakin lengkap, sehingga sangat bermanfaat  bagi analisis permukaan bumi dengan sangat detail.

Bidang Kelautan
- Pengamatan sifat fisis air laut
- Pengaatan pasang surut air laut dan gelombang laut
- Pemetaan perubahan pantai, abrasi,sedimentasi dan lain-lain

Bidang Hidrologi 
- Pemanfaatan daerah aliran sungai (DAS) dan konservasi sungai 
- Pemetaan sungai dan studi sedimentasi sungai 
- Pemanfaatan luas daerah dan intensitas banjir

Bidang Geologi 
- Menentukan stuktur geologi dan macamnya 
- Pemantauan daerah bencana (gempa, kebakaran) dan pemantauan debu vulkanik 
- Pemantauan distribusi sumber daya alam 
- Pemantauan pencemaran laut dan lapisan minyak di laut
- Pemanfaatan di bidang pertahanan dan militer
- Pemantauan permukaan, di samping pemotretan dengan pesawat terbang dan aplikasi sistem informasi   geografi (SIG)

Bidang Oceanografi
- Pengamatan sifat fisis air seperti suhu, warna, kadar garam dan arus laut
- Pengamatan pasang surut dengan gelombang laut (tinngi, frekuensi, arah)
- Mencari distribusi suhu permukaan 
- Studi perubahan pasir pantai akibat erosi dan sedimentasi 

Bidang Tata Ruang 
- Perencanaan wilayahh untuk pemekaran (perencanaan pembangunan )
- Perencanaan infrastruktur transportasi semisal jalan tol dan kereta api
- Perencanaan Kawasan Industri 

Bidang Kehutanan, Pertanian dan Perkebunan 
- Perencanaan pencetakan sawah dan pembuatan irigasi 
- Inventarisir lahan-lahan pertanian dan perkebunan 
- Perencanaan pembukaan Kawasan hutan baru 
- Inventarisir hutan-hutan produksi


Sumber : 
Perkuliahan Pengolahan Citra Digital 2015, Universitas Islam Bandung
http://fytryany.blogspot.com/2013/07/penginderaan-jauh-remote-sensing.html


Jumat, 19 Juni 2015

Resume SIP Pertemuan Ke 9

GIS IN HEALTHY

MANFAAT GIS BAGI BIDANG KESEHATAN
Sistem informasi geografi dapat digunakan untuk menentukan distribusi penderita suatu penyakit, pola atau model penyebaran penyakit. Penentuan distribusi unit – unit rumah sakit ataupun puskesmas – puskesmas, fasilitas – fasilitas kesehatan maupun jumlah tenaga medis dapat pula dilakukan dengan SIG (Sistem informasi geografi ).
Menurut WHO,SIG (Sistem Informasi Geografis) dalam kesehatan masyarakat dapat digunakan antara lain :
1. Menentukan Distribusi Geografis Penyakit.
2. Analisis trend Spasial dan Temporal
3. Pemetaan Populasis Berisiko
4. Stratifikasi Faktor risiko
5. Penilaian Distribusi Sumberdaya.
6. Perencanaan dan Penentuan Intervensi.
7. Monitoring Penyakit.

Contoh pemanfaatan SIG (Sistem informasi geografi ) dalam bidang Kesehatan Masyarakat berdasarkan analisa CDC tersebut.

1. Memonitor status kesehatan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan yang ada di masyarakat.
2. Mendiagnosa dan menginvestigasi masalah serta resiko kesehatan di masyarakat. 
3. Menginformasikan, mendidik dan memberdayakan masyarakat nmengenai isu – isu kesehatan. 
4. Membangun dan menggerakkan hubungan kerjasama dengan masyarakat untuk mengidentifikasi dan 
    memecahkan masalah kesehatan. 
5. Membangun kebijakan dan rencana yang mendukung usaha individu maupun masyarakat dalam 
    menyelesaikan masalah kesehatan. 
6. Membangun perangkat hukum dan peraturan yang melindungi kesehatan dan menjamin keselamatan 
    masyarakat. 
7. Menghubungkan individu yang membutuhkan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan menjamin 
    ketersediaan pelayanan kesehatan tersebut jika belum tersedia. 
8. Menjamin ketersediaan tenaga kesehatan dan ahli kesehatan masyarakat yang berkompeten di 
    bidangnya. 
9. Mengevaluasi efektifitas, kemudahan akses dan kualitas pelayanan kesehatan di masyarakat. 
10. Penelitian untuk menciptakan penemuan baru dan inovasi dalam memecahkan masalah – masalah 
     kesehatan di masyarakat. 

sumber : 
http://upikblogs.blogspot.com/2012/06/sig-dan-pemanfaatan-bidang-kesehatan.html
http://yunianingsihlaila.blogspot.com/2014/03/sistem-informasi-geografis-di-bidang.html
Rahmat,Basuki.SisteminformasiGeografis.http://elearning.upnjatim.ac.id/courses/AG1013/do......cument/GIS2_Pengelolaan_GIS.pdf?cidReq=AG1013

Resume SIP Pertemuan Ke 8

GIS IN PLANNING 


     Semakin majunya perkembangan iptek membuat kita semua sadar bahwa banyak sekali yang belum kita ketahui sebagai manusia. Bukan hanya semakin banyaknya jenis computer, handphone dan lain-lain tetapi juga banyak aplikasi-aplikasi yang semakin canggih dengan keunggulannya masing-masing, salah satunya adalah penggunaan system informasi geografis atau biasa disebut dengan (SIG). SIG sudah sangat lekat pada kita sebagai manusia untuk berhubungan dengan teknologi karena teknologi dapat mempermudah kita dalam segala jenis kegiatan yang mungkin akan sangat tidak mungkin akan kita kerjakan jika kita tidak menggunakan bantuan teknologi. SIG ini pada dasarnya juga membantu manusia dalam mengetahui serta menggambarkan keadaan muka bumi dengan bentuk dan tampilan yang menarik. Teknologi seperti ini sangat dibutuhkan oleh pihak-pihak terkait yang dapat mengolah atau mengunakan serta mengaplikasikannya dalam rangka memberikan manfaat yang berarti kepada khalayak banyak khususnya pada bidang perencanaan     
     Aplikasi SIG dapat digunakan untuk berbagai kepentingan selama data yang diolah memiliki refrensi geografi, maksudnya data tersebut terdiri dari fenomena atau objek yang dapat disajikan dalam bentuk fisik serta memiliki lokasi keruangan (Indrawati, 2002).
Tujuan pokok dari pemanfaatan Sistem Informasi Geografis adalah untuk mempermudah mendapatkan informasi yang telah diolah dan tersimpan sebagai atribut suatu lokasi atau obyek. Ciri utama data yang bisa dimanfaatkan dalam Sistem Informasi Geografis adalah data yang telah terikat dengan lokasi dan merupakan data dasar yang belum dispesifikasi (Dulbahri,1993).

Peran GIS dalam Perencanaan 
     Seiring dengan perkembangan teknologi pengolahan data geografis, dalam SIG dimungkinkan penggabungan berbagai basis data dan informasi yang dikumpulkan melalui peta, citra satelit, maupun survai lapangan, yang kemudian dituangkan dalam layer-layer peta. Sistem informasi yang meng-overlay-kan beberapa layer tematik diatas peta dasar sungguh membantu proses analisa wilayah dan pemahaman kondisi wilayah bagi para perencana, serta dapat menghemat waktu karena sebagian proses dilakukan oleh piranti lunak, sehingga dengan SIG proses perencanaan tata ruang dapat lebih efisien dan efektif. Manajemen data melalui GIS melibatkan semua aspek ini :
     Peran SIG juga bervariasi dalam berbagai tahap proses perencanaan kota. Sebagai contoh, GIS lebih berguna dalam pemodelan dan pengembangan pilihan perencanaan daripada dalam penentuan tujuan perencanaan. Tahapan yang berbeda dalam proses perencanaan kota dapat digeneralisasi sebagai penentuan tujuan, persediaan sumber daya, analisis situasi yang ada, model dan proyeksi, pengembangan opsi perencanaan, pemilihan opsi perencanaan, pelaksanaan rencana, dan evaluasi rencana, pemantauan, dan umpan balik (Gambar 3). GIS hanya dapat memberikan beberapa data dan teknik yang dibutuhkan dalam berbagai tahap proses perencanaan kota. Setiap GIS juga harus bekerja dengan database lain, teknik, dan model pada berbagai tahap proses perencanaan.
Manfaat SIG dalam bidang perencanaan wilayah dan kota diantaranya adalah sebagai berikut:
  1. Untuk pendataan dan pengembangan jaringan transportasi.
  2. Untuk pendataan pajak bumi dan bangunan
  3. Untuk pendataan dan pengembangan pusat-pusat pertumbuhan dan pembangunan.
  4. Untuk pendataan dan pengembangan permukiman penduduk, kawasan industri, sekolah, rumah 
      sakit, sarana hiburan dan rekreasi serta perkantoran.
  5. Mengetahui luas dan persebaran lahan pertanian serta kemungkinan pola drainasenya.
  6. Mengetahui potensi dan persebaran penduduk.
  7. Untuk mengetahui persebaran berbagai sumber daya alam, misalnya minyak bumi, batubara, emas,  
      besi dan barang tambang lainnya.
  8. Untuk mengetahui persebaran penggunaa lahan.
  9. Untuk pengawasan daerah bencana alam dan lain-lain

Fungsi Penggunaan GIS dalam Tahap Perencanaan 
Pada setiap skala perencanaan ada tahapan yang berbeda: penentuan tujuan perencanaan; analisis situasi pemodelan dan proyeksi yang ada; pengembangan pilihan perencanaan; pemilihan opsi perencanaan; rencana pelaksanaan; dan evaluasi rencana, monitoring, dan umpan balik. Fungsi yang berbeda, skala, sektor, dan tahapan perencanaan kota membuat perbedaan penggunaan GIS.

Pengelolaan data, visualisasi, dan analisis spasial yang digunakan lebih dalam pekerjaan rutin perencanaan kota. Pemodelan spasial lebih digunakan dalam perencanaan strategis. Administrasi umum mempekerjakan terutama pengelolaan data dan visualisasi. Akhirnya, pengendalian pembangunan menggunakan visualisasi dan analisis spasial fungsi GIS yang terbaik. Administrasi dan pengendalian pembangunan kerja umum yang lebih rutin mencakup pada perencanaan kota (Newton dan Taylor 1986; Newton et al 1988):
1. pengelolaan penggunaan lahan catatan;
2. pemetaan tematik;
3. perencanaan pemrosesan aplikasi;
4. bangunan kontrol pemrosesan aplikasi;
5. manajemen penggunaan lahan;
6. ketersediaan lahan dan pemantauan pembangunan;
7. industri, komersial, dan retail lantai ruang rekaman;
8. perencanaan rekreasi dan fasilitas pedesaan;
9. analisis mengenai dampak lingkungan;
10. terkontaminasi dan register tanah terlantar;
11. penggunaan lahan / transportasi perencanaan strategis;
12. fasilitas umum dan toko-toko daerah tangkapan air dan analisis aksesibilitas;
13. bidang sosial dan analisis kekurangan.

Inventarisasi Sumber Daya
     Informasi geografis, ketika terintegrasi dengan penginderaan jauh, dapat menghemat waktu dalam mengumpulkan penggunaan lahan dan informasi lingkungan. Jauh citra penginderaan menjadi sumber penting dari informasi spasial untuk daerah perkotaan (Barnsley, Bab 32; Paulsson 1992). Mereka dapat membantu untuk mendeteksi penggunaan lahan dan perubahan penggunaan lahan untuk daerah perkotaan seluruh (Barnsley et al 1993). Secara khusus, pasang stereoscopic foto udara digital dapat digunakan untuk menurunkan CAD model 3-dimensi bangunan untuk visualisasi dinamis kota, atau untuk impor langsung ke dalam database GIS (Dowman, Bab 31).

Analisis situasi yang ada
     GIS dapat membantu untuk menyimpan, memanipulasi, dan menganalisis data fisik, sosial, dan ekonomi kota. Perencana dapat menggunakan query dan pemetaan fungsi spasial GIS untuk menganalisis situasi yang ada di kota. Melalui analisis peta overlay, GIS dapat membantu
mengidentifikasi daerah konflik pengembangan lahan dengan lingkungan dengan overlay pengembangan lahan yang ada pada peta kesesuaian lahan. Area sensitivitas lingkungan dapat diidentifikasi dengan menggunakan penginderaan jauh dan informasi lingkungan lainnya (Yeh dan Li 1996).

             wilayah-dan-kota/
             Tiara, Aura dan Titi-Kelompok 4 Kelas A.2015. Jurnal GIS in Planning. Kota Bandung. 
             UNISBA(UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG)